Kamis, 29 Oktober 2009

perubahan prilaku setelah promosi kesehatan

Advokasi Sebagai Alat Perubahan

Pendahulauan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit sampai saat ini belum menjadi prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit masih lebih mementingkan kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistik, sumber daya manusia dan (bila kondisi memungkinkan) pengem-bangan jenis pelayanan baru. Sementara itu karyawan rumah sakit, terutama mereka yang sebenarnya berisiko tinggi mengalami penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja seperti dokter, perawat, radiolog, petugas laboratorium dll. Belum mendapatkan perhatian yang cukup.

Kasus seperti tertulis di atas barangkali sebenarnya sering terjadi, tetapi masih dianggap sebagai ?resiko pekerjaan?. Sesungguhnya, bila kita mengetahui risiko yang mungkin dihadapi oleh MJ, seperti yang tertulis di bawah ini, mungkin kita akan berpikir lain.

* Risiko rata-rata infeksi HIV pada tenaga kesehatan dari seluruh kasus luka perkutaneus dengan darah terinfeksi HIV adalah 0,3%.

* Risiko pajanan membran mukosa adalah 1%.

* Risiko pajanan kulit adalah < 0,1%.

* Risiko tertinggi bila terjadi pajanan terhadap :

o Peralatan yang jelas terkena darah

o Alat plebotomi

o Luka tusuk yang dalam

o Pasien sumber penularan meninggal dalam waktu 2 bulan sesudah pajanan

o Jarum berlubang

o Jarum berdiameter besar (nomor < 17) nb

Dengan melihat risiko-risiko di atas, jelas bahwa perlu ada upaya-upaya untuk melindungi karyawan/petugas kesehatan, yang menjadi bagian dari system manajemen K3 RS. Sayangnya untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, mengingat bahwa tidak semua RS menganggap hal ini penting. Di sinilah diperlukan advokasi terhadap pimpinan rumah sakit agar pandangan tersebut dapat diubah.

Makalah singkat ini berisi penjelasan tentang advokasi serta langkah-langkah yang perlu dilaksanakan agar terbentuk komite manajemen K3RS.

Pengertian Advokasi

Advokasi merupakan metode yang ampuh untuk mempengaruhi pendapat publik atau orang lain, dan diharapkan juga dapat mengubah perilaku yang kurang menguntungkan.

Teori Perubahan Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.

Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerap-kan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Health Belief Model

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50?an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Apa yang dapat dilakukan : Surveilans

Pada waktu kita menyampaikan advokasi kepada pihak yang berwenang, ide/pendapat yang kita sampaikan perlu didukung oleh data yang valid. Data tersebut dapat berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Upaya mendapa-tkan data tersebut sangat beragam, dan salah satunya adalah surveilans.

Surveilans adalah pengamatan secara terus menerus terhadap suatu proses. Dengan melakukan surveilans kita dapat menentukan apakah angka kejadian penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja mengalami peningkatan, di bagian/instalasi mana paling banyak terjadi, apakah ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan kejadian meningkat, dan bagaimana upaya yang telah dilakukan untuk memperkecil risiko kejadian.

Hasil dari surveilans adalah data angka kejadian selama satu periode, misalnya satu tahun. Sebagai contoh, setelah mengamati angka kejadian tertusuk jarum suntik di rumah sakit X, anda ingin melakukan advokasi kepada pimpinan anda tentang perlunya dilakukan studi epidemiologis lebih lanjut tentang hal tersebut. Nantinya penelitian ini juga dapat diperluas tidak hanya terbatas pada angka kejadian tertusuk jarum suntik. Data-data yang dikumpulkan melalui surveilans adalah sebagai berikut :

* Bagian atau instalasi mana saja yang terlibat (bedah, UGD, penyakit dalam dll)

* Siapa saja yang mengalami kejadian tersebut (perawat, dokter, mahasiswa dll)

* Aktivitas apa yang sedang dilakukan saat itu (menyuntik, mengambil darah, hecting, pasang infus dll)

* Alasan terjadinya hal tersebut ( kotakpenyimpanan tidak tersedia, sedang memakai alat, tempat sampah tidak tersedia, alat rusak dll)

* Jenis luka (tusukan, robek, laserasi, dll)

* Bagian tubuh yang terluka (wajah, mata, tangan ,lutut dll )

* Alat proteksi yang digunakan (sarung tangan, masker, kaca mata, dll)

* Alat yang melukai (jarum suntik, scalpal, dll)

* Akar penyebab (pasien terlalu banyak, kondisi emergensi, kurangnya pelatihan, tidak menyadari bahaya/risiko, tidak memakai alat pelindung, dll)

Hasil dari surveilans ini kemudian dapat digunakan sebagai dasar advokasi kepada pimpinan anda. Anda dapat menulis surat yang disertai data-data diatas, atau anda dapat menyampaikannya secara lisan, misalnya dalam sebuah rapat. Yang perlu diingat adalah, bahwa anda perlu menyampaikan secara jelas apa target/tujuan yang hendak dicapai, misalnya perlu dibentuk K3 RS, perlunya dilakukan pelatihan dll. Hal lain yang penting adalah bahwa setiap kali advokasi disampaikan, selalu ada 2 kemungkinan : berhasil atau gagal. Sudah selayaknya kita bersiap untuk 2 kemungkinan tersebut, sehingga tidak akan menurunkan motivasi untuk memperjuangkan K3RS.

Langkah selanjutnya : Pembentukan Komite K3 Rumah Sakit

Apabila anda berhasil meyakinkan pimpinan rumah sakit berdasarkan data surveilans yang telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah advokasi untuk membentuk komite K3 RS. Komite ini nantinya berfungsi mengiden-tifikasi, melakukan investigasi dan menyusun program-program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Diharapkan dengan adanya komite ini masalah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat ditangani dengan baik, dan program-program yang tersusun dapat mengantisipasi atau mencegah terjadinya permasalahan kesehatan kerja RS. Untuk itu beberapa pertanyaan di bawah ini perlu mendapatkan perhatian :

* Apakah tugas, peran dan fungsi dari komite K3 RS tersebut ?

* Seberapa besarkah komite itu nantinya ?

* Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam komite ?

* Berapa kali pertemuan dalam komite perlu dilakukan ?

* Apa saja yang perlu didiskusikan dalam pertemuan tersebut ?

* Laporan apa saja yang perlu disampaikan ? kepada siapa disampaikan ?

* Dll

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa advokasi, sebagai sebuah alat, dapat digunakan untuk membuat perubahan, baik perubahan sikap, perilaku maupun kebijakan. Untuk dapat melakukan advokasi yang baik, diperlukan data-data yang valid, yang bisa didapatkan melalui surveilans. Hasil surveilans tersebut dapat digunakan sebagai dasar pembentukan komite K3 RS yang tugas pokoknya adalah mengatasi masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Untuk itu semua diperlukan motivasi yang tinggi dan kesabaran, karena bukan tidak mungkin banyak hambatan yang akan dihadapi, mengingat selama ini K3RS belum men-dapatkan prioritas yang seharusnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template by Administrator Frelia | Anak SD | Blogger